kuda kudaan
warning : a piece of 🔞 please be wise
Konsep ruangan suite room 601 yang ditempati Renata belakangan itu sedikit berbeda dari kamar hotel premium biasanya. Namanya kamar hotel, tapi begitu masuk ke dalamnya, suasananya lebih cocok disebut apartemen. Apalagi ada dua kamar terpisah, kamar utama dan kamar anak-anak.
Sepertinya suite room itu memang sengaja disediakan Jayson untuk kepulangan Renata dan Juan ke Indonesia. Entah mengapa pria itu memilih meletakkan istrinya disana daripada di landed house yang ia punya.
Tuntas bermain dengan Juan dan menidurkannya, kini Jayson menatap pintu kamar utama dengan wajah berbunga-bunga. Ia bahkan mengangkat tangannya atas-atas untuk mencium ketiaknya, takut-takut aroma kantor ikut terbawa pulang dan membuat Renata tak nyaman dengannya.
Karena.. you know.. kemungkinan terjadinya hal itu 80% lebih banyak karena pesan terakhir Renata yang mengajaknya bermain kuda-kudaan.
Begitu masuk, ia melihat Renata duduk menyandar ke kepala ranjang dengan buku dan iPad di tangan. Dengan gesit ia melepaskan kemeja bekas kantornya, melucuti kancing demi kancingnya tergesa-gesa. Ketika ia membanting kemejanya yang terlepas dari dirinya ke lantai, barulah Renata membagi perhatiannya pada Jayson.
“Eeehhhhh?” Renata memekik, membuat pergerakan tangan Jayson yang hendak menanggalkan celananya berhenti. “Mau ngapain?”
Jayson cengengesan, “main kuda-kudaan kan katanya?”
“So?” Renata menatapnya bingung, kuda kudaan kan gak perlu buka baju?
“Kamu mau main kuda-kudaan beneran?” tanya Jayson baru sadar, “serius? Kuda-kudaan beneran?”
“Ya-huh,” jawab Renata menepuk sisi lain ranjang di sebelahnya, “nungging sini! Aku mau naik kuda Jayson!”
Kecewa, tapi tetap meloncat ke area ranjang dalam keadaan bertelanjang dada sesuai instruksi sang istri. Ia memposisikan dirinya seperti kuda yang siap ditunggangi, “kuda sudah siap,” ujarnya sambil terkekeh.
Renata menaiki punggungnya, tidak dalam kondisi duduk, tapi malah tidur diatasnya. Melingkarkan baik dua kaki dan dua tangannya ke tubuh Jayson, menyandarkan kepalanya ke permukaan punggungnya yang tak terlapis satu kain pun. “Heran, gak mandi aja wanginya kayak gini, gimana ya kalo dah mandi pasti kayak toko parfum.”
“Ya aku kira mandinya habis nganu aja.”
“Idih ngarep bener lu? Anak istri ditinggal kerja, pulang cuma numpang tidur doang, dateng-dateng minta jatah,” oceh Renata tak melepas sedikitpun wajahnya dari punggung polos Jayson, mengendusinya dan menciumi aroma khas dari tubuh itu.
Jayson tergelak, “ini gimana ceritanya kok malah kayak koala?”
“Lah iya, ya?” Renata pun ikut tertawa, “tau gak sih aku kangen banget? Aku sama Juan udah di Indo tapi rasanya masih kayak di London, jauh dari kamu.”
“Kan aku udah janji, habis ini gak cuma work hard aja, bakalan play hard juga.”
“Ya tapi kapan?”
“Kelar party, ya? Janji semuanya kelar habis party.”
Renata berdecak malas, melepaskan punggung lebar itu dan kembali ke sisi ranjangnya semula. “Ck, janji-janji palsu lagi.”
“Ya udah, sini sayang dulu,” ujar Jayson memangkas jarak diantara mereka dan menindih Renata, “sekalian lah, nanggung ini mah.”
Anggukan di kepala Renata menjadi pintu gerbang kemenangan bagi Jayson, kayak menang tender proyek jutaan dollar. Baru akan mencanangkan aksinya, ketukan di pintu kembali menggagalkan tindakan Jayson.
“Shi—” umpatannya tertelan karena suara ketukan pintu itu diiringi suara cempreng Juan yang mencari mamanya. “Gue kira dah tidur tuh bocil,” gumamnya sedikit kesal tapi tetap berjalan ke pintu dan membukanya. “Buddy, I thought you're sleeping?” ucapannya berubah halus di depan Juan yang berdiri dengan wajah berantakan sambil membawa mobil ber-remote control.
Renata yang bebas dari keganasan Jayson terkekeh melihat Juan yang berwajah sleepy. “Sayang, tidur lagi, ya? Masih malem ini, sayang.”
“I wanna sleep with Mama,” ujarnya memasukkan dirinya ke kamar sambil mengucek-ucek matanya, ia berjalan kecil menghampiri Renata dan memeluknya. Ia bahkan melepaskan mainannya hanya untuk memeluknya mamanya. “I miss you, Mama.”
“Awwww,” gumam Renata memeluk tubuh mungil di depannya dan menggendongnya naik ke ranjang, “wanna sleep here?”
Jayson yang menutup pintu mendelik mendengar tawaran Renata untuk anaknya. Tangannya menyilang di depan dada, mengisyaratkan untuk jangan membiasakan Juan tak tidur di kamarnya. Tapi gagal begitu Renata mendekap anaknya dan bersiap tidur.
Sudah tahu hal yang ia inginkan takkan terjadi, Jayson mengalah. “Alright,” ujarnya pasrah lalu ikut tidur di sebelah anaknya sambil memberi tatapan maut ke arah Renata seperti berkara, thanks to Juan, lo bisa lolos, gak tau kalo besok. Tunggu pembalasan gue, jangan cengir-cengir dulu lo.
Tatapan geli Renata pun seolah membalas ancaman itu, dikira gua peduli? Yang penting anak gue masih nyariin gue, weekkkk, lalu menjulurkan lidahnya mengejek.