ceciliannee

just

#just do it

Ketika bel di lift apartemen berbunyi nyaring, itu tandanya Jay sudah pulang dari hari panjangnya di kantor. Menyadari itu, Renata berlarian kecil ke arah pintu masuk utama apartemen dan berakhir di pelukan suaminya. Samar-samar tercium parfum dari kemejanya yang bercampur keringat dan debu jalanan.

“Kangen..,” gumam Renata sambil memanyunkan bibirnya tanpa melepaskan tangannya di leher suaminya.

Jay menyambar bibir Renata singkat, “miss you too,” gumamnya kecil lalu mendesah malas. “Bad news, aku harus ke Bali ntar malem jam dua dini hari.”

Renata nyengir, “ngurusin proyek precast yang sama Carlos itu?”

Tangan Jay mengangkat tubuh Renata dan menggendongnya di depan dada sambil menggodanya, “istriku yang independent woman ini tahu darimana? Stalker-in suaminya, ya? Ayo ngaku!”

“JAY!” pekik Renata, takut-takut kalau dirinya jatuh ke lantai yang keras. “Aku mau ngomong sesuatu, serius bentar.”

Jay menjatuhkan Renata ke sofa lalu melenggang ke pintu kamar. “Aku mandi dulu ya, kasihan kamu pasti aku bau asem banget,” ujarnya sebelum benar-benar lenyap masuk kamar dan kemudian terdengar pancuran air shower.

Renata yang duduk di sofa mencoba menetralkan degup jantungnya. It's not a big deal, lo bilang aja, lo jujur aja, then it's gonna be alright. Lagian ini cuma Winarta, bilang aja Carlos kenal, pasti dibolehin kok sama Jay. Oke? Stop nervous!

Tak lama kemudian, Jay keluar dari pintu yang sama dengan tampilan yang lebih fresh. Kaos putih dengan celana piyama garis-garis. Tanpa pikir panjang, ia rebahan di sofa dan menjadikan paha Renata sebagai bantalan kepalanya.

“Kamu mau ngomong apa?” tanya Jay sambil menyalakan televisi, dan menonton benda kotak itu dalam keadaan rebahan.

“Kamu inget temen aku yang ngelanjutin study ke London? Besok dia mau vacay di Indo beberapa hari, dan aku mau jemput dia di bandara. Boleh?”

“Cowok?”

Renata menelan salivanya, “iya, Winarta, kamu pernah ketemu gak sih? Pas kamu jemput aku ngampus dulu? Dia temennya Carlos juga kok.”

Jay mengangguk-anggukan kepalanya kecil, “oohh, yaudah gapapa. Udah dapet hotel belum? Kalo belum biar dia nginep ke Hartono Hotel aja.”

“Hah? Emang boleh?”

Kekehan muncul di mulut Jay, “yang, kamu itu yang punya hotel itu. Mau kamu nginep disitu, tinggal disitu, party disitu atau kamu bakar tuh hotel, gak ada satu staff pun yang bakalan larang kamu kok.”

Lah lupa lo nikah ama yang punya Hartono Group? Pea banget sih?